Rabu, 04 Desember 2013

TRANSFER BELAJAR, LUPA DAN JENUH BELAJAR

A.   Transfer Belajar
1.      Pengertian Transfer Belajar
Transfer dalam belajar adalah pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasil belajar pada masa lalu sering kali mempengaruhi proses belajar yang dialaminya sekarang. [1] Transfer dalam belajar yang lazim di sebut transfer belajar (transfer of learning) itu mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya (Reber 1988). Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya keterampilan menghilangkan sesuatu pada masa lalu karena di ganti dengan keterampilan baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi di atas harus dipahami sebagai pemindahan pengaruh atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lainnya.
Transfer belajar adalah pengalihan hasil belajar yang telah dilakukan terhadap proses belajar yang sedang dilakukan. [2]
Gagasan awal transfer pembelajaran diperkenalkan sebagai praktik pengalihan oleh Edward Thorndike dan Robert S. Woodworth (1901). Mereka mengeksplorasikan bagaimana orang-orang akan melakukan transfer belajar dalam satu konteks ke konteks yang lain yang sama atau mirip karakteristiknya. Teori mereka menyiratkan bahwa transfer pembelajaran tergantung pada proporsi tugas belajar dan tugas pemindahan pada kondisi yang mirip. [3]
Peristiwa pemindahan pengaruh (transfer) sebagaimana tersebut di atas pada umumnya atau hampir selalu membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap aktivitas dan hasil pembelajaran materi pelajaran atau keterampilan lain. Sehingga transfer belajar dapat di bagi menjadi dua kategori, yakni transfer positif dan transfer negatif.
Sedangkan menurut Gagne seorang education Psychologist (pakar psikologi pendidikan) yang masyhur, transfer dalam belajar dapat digolongkan ke dalam empat kategori, yang mana penjelasan lebih lanjut mengenai aneka ragam transfer baik dari Thorndike maupun dari Robert M. Gagne adalah sebagai berikut: [4]
a.    Transfer positif
Yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar dalam  situasi-situasi lainnya. Dalam hal ini, transfer positif menurut Barlow (1985) adalah learning in one sitaution helpful in other situations, artinya belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain.
Contoh, seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika, karena banyaknya kesamaan hukum, prinsip ataupun rumus yang ada di matematika dan statistika.
Tugas guru adalah mengupayakan agar terjadi transfer positif, seperti : [5]
a. menyambungkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang telah diberikan kepada siswa dengan yang akan diberikan.
b. mempersiakan siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran yang dilakukan dengan pertanyaan dan penjelasan yang mengantarkan ke penjelasan inti.
c. memberikan penugasan yang memungkinkan siswa melakukan persiapan sebelum mengikuti pembelajaran baik di rumah maupun di kelas.
b.   Transfer negatif
Yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi lainnya. Pengertian ini di ambil dari pakar psikologi pendidikan oleh Daniel Lenox Barlow (1985) yakni learning in one situation has a damaging effect in other situations.
Contoh, orang yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan menggunakan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran dari pada orang yang baru belajar mengetik. Artinya, keterampilan yang sebelumnya sudah dimiliki menjadi penghambat belajar keterampilan lainnya.
c.    Transer vertikal (tegak lurus)
Yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi. Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasi pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi/rumit.
Contoh, seorang siswa SD yang telah menguasai prinsip penjumlahan dan pengurangan akan mudah mempelajari perkalian, atau seorang anak yang telah menguasai mata pelajaran nahwu dan shorrof akan sangat mudah mempelajari kitab-kitab fiqh, tafsir dan sejenisnya.
Agar memperoleh transfer vertikal, guru sangat dianjurkan untuk menjelaskan kepada para siswa secara eksplisit mengenai faedah materi yang sedang diajarkannya bagi kegiatan belajar materi lainnya yang lebih kompleks. Upaya ini penting sebab kalau siswa tidak memiliki alasan yang benar mengapa ia harus mempelajari materi yang sedang diajarkan gurunya itu, mungkin ia tak akan mampu memanfaatkan materi tadi untuk mempelajari materi lainnya yang lebih rumit.
d.   Transfer lateral (ke arah samping)
Yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Transfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut.
Contoh, seorang mempunyai orang yang mempelajari dan memahami mata pelajaran bahasa asing yang mempunyai struktur gramatika, susunan kata, sintaksis yang sama. Seperti mempelajari dan memahami bahasa inggris akan mempermudah mempelajari bahasa jerman.
Dengan adanya empat tipe transfer yang telah disebutkan di atas maka seorang guru harus berupaya agar terjadi transfer yang positif, yaitu bagaimana ia dapat menyusun dan menata suasana belajar yang dapat bermanfaat pada aktifitas belajar siswa. Pada tataran praksis seorang guru harus dapat mengupayakan proses belajar yang mempunyai kesesuaian dan kemiripan dunia keseharian anak. Atau dengan kata lain bagaimana seorang guru dapat mengupayakan suatu proses pelajaran yang membumi, dan tidak mengawang-awang, sehingga anak mempunyai bekal untuk dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkannya di bangku sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian diharapkan pendidikan yang diselenggarakan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat terjun ke kehidupan nyata di masyarakat setelah ia menamatkan pendidikannya.
Transfer belajar harus sesuai dengan materi yang diajarkan karena pada dasarnya seorang siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru dan siswa harus mengalami sendiri dari prosesnya secara langsung. Contohnya :
-          Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
-          Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit).
-          Penting bagi siswa mengetahui alasan dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu. [6]
2.      Teori-teori yang berkaitan dengan Transfer Belajar
Masalah pokok yang di bahas oleh Albert Bapp adalah tentang transfer belajar.[7] Transfer belajar ini terdiri atas tiga teori, yakni:
a.    Teori disiplin ilmu/ilmu daya, yang menjelaskan bahwa daya jiwa pada manusia itu dapat di latih. Dan setelah berlatih dengan baik, daya-daya itu dapat digunakan pula untuk pekerjaan yang lain yang menggunakan daya tersebut, dengan demikian terjadilah transfer belajar. Misalnya seorang anak yang semenjak kecil melatih diri cara-cara melempar dengan tepat, mula-mula ia melempar dengan batu, kemudian di sekolah ia sering bermain kasti sehingga terlatih pula melempar dengan bola. Menurut teori daya, anak yang telah mempunyai kemampuan lari, lompat, loncat akan menghasilkan kemampuan dalam bidang atletik.
b.    Teori elemen identik, yang berpandangan bahwa transfer belajar dari satu bidang ke bidang studi yang lain atau bidang studi sekolah ke kehidupan sehari-hari, terjadi berdasarkan unsur-unsur yang sama. Misalnya antara bidang studi fisika dan ilmu mekanika, dan sebagainya. Menurut teori ini Hakekat transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan suatu unsur tertentu pada bidang studi yang lain, makin banyak adanya unsur-unsur yang sama akan semakin besar terjadinya transfer belajar postif. Unsur-unsur identik dapat di transfer ke unsur-unsur identik lainnya, yang sering juga di sebut sebagai “teori elemen identik”.[8]
c.    Teori generalisasi, bahwa transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola dan prinsip umum, yang dengannya mampu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus. Misalnya ketika seseorang menguasai dalam kaidah-kaidah pokok dalam hukum islam (ushul fiqh), maka ia akan dengan mudah menguasai ketentuan hukum yang lebih terperinci dalam hukum islam.
3. Faktor-Faktor Penyebab Transfer Belajar
a. Intelegensi, individu yang lancar dan pandai biasanya segera mampu menganalisa dan dapat melihat hubungan logis, ia segera melihat unsur-unsur yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum, sehingga sangat mudah terjadi transfer.
b. Sikap, Meskipun orang mengerti dan memahami sesuatu serta hubungannya dengan yang lain, tetapi pendirian/kecenderungannya menolak/sikap negatif, maka transfer tidak akan terjadi, dan demikian sebaliknya.
c. Materi Pelajaran, Biasanya mata pelajaran yang mempunyai daerah berdekatan akan mudah terjadi transfer. Contohnya: Matematika dengan Statistika, Ilmu Jiwa Daya dengan Sosiologi akan lebih mudah terjadi transfer.
d. Sistem Penyampaian Guru, Pendidik yang senantiasa menunjukkan hubungan antara suatu pelajaran yang sedang dipelajari dengan mata pelajaran yang lain atau dengan menunjuk kehidupan nyata yang dialami anak, biasanya akan mudah terjadi transfer.
B.   Lupa dan Jenuh Belajar
1.      Lupa
Lupa (Forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Menurut Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. [9] Dapat kita ambil garis besar pengertian dari Gulo dan Reber bahwa sebenarnya lupa bukanlah kita kehilangan item pemahaman baik informasi maupun pengetahuan, melainkan hanya ketidakmampuan kita mengeluarkan kembali apa yang telah kita pelajari dan kita amati di masa yang lalu.
Karen Markowitz dan Eric Jensen menyebutkan bahwa mengingat lalu melupakan adalah suatu fenomena umum. [10] ia merupakan suatu pengendalian biologis yang membantu kita mempertahankan keseimbangan dalam dunia yang dipenuhi oleh rangsangan sensor. Oleh karena itu, melupakan sesuatu bukanlah hal yang buruk. Ia hanya membedakan antara informasi yang penting dan tidak penting. Melupakan itu sangat tidak menguntungkan jika informasi itu sangat diinginkan kita. Hal yang di ingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang tidak dilupakan adalah hal yang tidak di ingat (tak dapat di ingat kembali). [11]
Faktor-faktor penyebab lupa :
1. Lupa dapat terjadi jika karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori seseorang. Gangguan konflik ini terbagi menjadi 2 macam:
a. Proactive Interference, Gangguan ini terjadi jika item-item atau materi pelajaran yang lama telah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Dalam hal ini gangguan seperti ini terjadi jika seorang siswa mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam waktu yang relatif pendek. Dalam keadaan demikian materi pelajaran yang baru sulit untuk di ingat dan dengan sangat mudah untuk dilupakan.
b. Retroactive Interference, Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut. Dalam hal ini materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali (siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama itu). 
2. Lupa dapat terjadi ketika terjadi tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja atau tidak. Repression theory (Reber, 1988). Penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan: 
a. Karena item informasi (pengetahuan,  tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang di terima siswa kurang menyenangkan sehingga ia dengan  sengaja menekannya hingga ke alam ketidak sadaran.
b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang lama yang telah ada (seperti retroaktif). 
c. Item informasi yang ada tertekan ke alam bawah sadar karena lama tidak digunakan.
3. Lupa dapat terjadi karena perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali item tersebut (Anderson, 1990). Contohnya: ketika anak-anak belajar mengenai nama binatang yang ada dalam gambar seperti jerapah dan kuda nil, maka anak-anak akan kesulitan untuk mengingat kembali nama hewan tersebut ketika melihatnya di kebun binatang.
4. Lupa dapat terjadi karena adanya perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses mengajar belajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidak senangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan. 
5. Menurut law of disuse (Hilgard dan Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
6. Lupa juga dapat disebabkan karena adanya perubahan syaraf dalam otak. Contohnya pada seseorang yang terserang penyakit tertentu, atau pada mereka yang kecanduan alcohol atau gegar otak, dapat menyebabkan seseorang kehilangan item informasi yang ada dalam memorinya secara permanen.
7. Decay Theory adalah teori ini menyatakan bahwa item informasi yang hendak di serap telah rusak sebelum dimasukkan ke dalam memori permanen seseorang. Kerusakan ini biasanya disebabkan oleh tenggang waktu antara saat diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Anderson, 1990).
8. lupa dapat terjadi karena suatu informasi itu tidak penting. Lain halnya apabila suatu infoermasi itu penting. Yang di sebut dengan penting di sini ialah seberapa besar suatu informasi menarik minat. Jadi, jika suatu informasi tidak di anggap penting ia tidak akan di simpan dalam ingatan jangka panjang, ia hanya tersimpan dalam ingatan jangka oendek.
Kiat mengurangi Lupa dalam belajar:
1.    Over learning
Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Over learning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk over learning, antara lain pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin memungkinkan ingatan siswa terhadap teks Pancasila lebih kuat.
2.    Extra study time
Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi dua jam waktu belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3.    Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam system akal siswa. Muslihat mnemonic ini banyak ragamnya, diantaranya:
-       Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Pembuatan singkatan-singkatan ini seyogianya dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik dan memiliki kesan tersendiri.
-  Sistem kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik mnemonic yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan yang memiliki kesamaan watak (baik itu warna, rasa, dan seterusnya). Misalnya langit-bumi; panas-api; merah-darah; dan seterusnya.
-       Rima (Rhyme), yakni sajak yang di buat sedemikian rupa yang isisnya terdiri atas kata dan istilah yang harus di ingat siswa.
4         4 .    Clustering
Clustering (pengelompokkan) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Penataan ini direkayasa sedimikian rupa dalam bentuk daftar-daftar item materi sehingga mudah untuk dihafalkan.
5.    Distributed Practice (Latihan terbagi)
Lawan latihan terbagi adalah latihan terkumpul yang sudah tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan antara waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari cramming, yakni banyak belajar materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat.
6.    Pengaruh letak bersambung
Siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus di ingat. Kata-kata tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata lainnya yang tidak perlu diingat sehingga kata-kata tersebut melekat erat dalam ingatan siswa.
2.      Jenuh Belajar
Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber, 1988).[12] Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.
Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psychology of Learning, [13] keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam:
1. Keletihan indera siswa,
2. Keletihan fisik siswa,
3. Keletihan mental siswa.
Keletihan indera dan keletihan fisik dalam hal ini mata dan telinga pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup terutama tidur nyenyak dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup bergizi. Sebaliknya, keletihan mental tak dapat diatasi dengan cara yang sederhana cara mengatasi keletihan-keletihan lainnya. Itulah sebabnya, keletihan mental dipandang sebagai faktor utama penyebab munculnya kejenuhan belajar.
Faktor-faktor penyebab keletihan mental siswa bisa kita lihat di bawah ini: 
1.    Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri;
2.    Karena kecemasan siswa terhadap standar/patokan keberhasilan bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebust sedang merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tadi.
3.    Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat.
4.    Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan ia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia buat sendiri.
Selanjutnya, keletihan mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan belejar itu lazimnya dapat diatasi dengan menggunakan kiat-kiat antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2. Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa berada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya.
5. Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan jenuh belajar adalah sebagai berikut: [14]
1.    Seorang kehilangan motivasi dan konsolidasi pada suatu level ilmu pengetahuan dan keterampilan.
2.    Munculnya kebosanan dan keletihan karena kemampuan seseorang telah sampai pada batas maksimalnya dalam belajar.


DAFTAR PUSTAKA
[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offest,  2010), hlm 164.
[2] Muchlis Sholihin, Psikologi Belajar PAI, (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2006), hlm 51.
[3] Sudarwan Danim, Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru), (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm 189.
[4] Muhibbin Syah, Psikologi, hlm 165-166.
[5] Mochlis Sholichin, Psikologi Belajar Aplikasi Teori Belajar dalam Pembelajaran, (Surabaya: CV. Salsabila Putra Pratama, 2013), hlm 218.
[6] Sofan Amri, Proses Pembelajaran Kreatif & Motifasi dalam Kelas. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), hlm    .  
[7] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar. (Banfung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm 52.
[8] Sudarwan Danim, Psikologi), hlm 189.
[9] Muhibbin Syah, Psikologi , hlm 155-156.
[10] Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm 164.
[11] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm 47.
[12] Muhibbin Syah, psikologi, hlm 162.
[13] Ibid, hlm 163.
[14] Muchlis Sholihin, Psikologi, hlm 56.

1 komentar:

  1. mantap buat tambah referensi nih, terima kasih

    oh iya buat tambahan ilmu psikologi kk bisa baca2 blog saya

    psikologi untuk semua

    BalasHapus